Berlebihan Bermain Game Online Membuat Mental Anda Kerdil

Mengerjakan apa saja dengan berlebihan tentu tak baik bagi tubuh. Hal itu yang terjadi pada anak muda berusia 18 thn. asal Taiwan, Chuang. Dia tewas sesudah memainkan game Diablo III tanpa henti dalam 40 jam. Berdasarkan rilis berita dari United Daily News, Chuang menyewa kamar tersendiri demi bermain game di sebuah warnet di wilayah Tainan, Taiwan. Dia memainkan game Diablo III 13 Juli siang. Selanjutnya, dua hari nonstop ia memainkan game itu tanpa makan di warnet itu.

15 Juli pagi penjaga warnet masuk kamar pribadi itu dan mendapati Chuang tengah istirahat di meja. Sesudah penjaga itu membangunkannya, remaja malang itu berdiri, melangkah dan tak lama tersungkur ke lantai.Saat ini banyak remaja dengan kelakuan seperti Chuang yang bermain game tanpa ingat waktu. Kebanyakan mereka memainkan game bertema perang dan kekerasan. Namun tahukah anda bahwa memainkan  game dengan tema kekerasan dalam waktu lama dapat mengganggu kedewasaan moral remaja?
bermain game online
Bermain game Online


Riset yang dilakukan di kanada pada perilaku 100 kaum muda berumur 13-14 tahun mendapati bahwa memainkan game dengan tema kekerasan secara berlebihan dapat melemahkan empati. Sejumlah peneliti itu pun mengingatkan bahwa remaja dapat kehilangan pedoman tentang benar dan salah. Peneliti di Universitas Brock itu meneliti kepribadian siswa- siswa di 7 sekolah di Ontario. Mereka berupaya mengenali interaksi antara jenis permainan game, waktu bermain dan bagaimana kebiasaan itu memberi pengaruh pada perilaku mereka.

Penelitian itu juga mendapati bahwa memainkan game sangat biasa dikerjakan golongan umur ini, seringnya dari satu sampai tiga jam setiap hari. Dan game bertema kekerasan sangat lazim dimainkan. Game bertema kekerasan diartikan sebagai game yang mengikutsertakan aktifitas membunuh, memutilasi musuh maupun mencederai lawan. Persoalannya terdapat pada anak muda yang menggunakan lebih dari tiga jam saban harinya menghadapi musuh, terus-terusan bermain game itu tanpa sekalipun berinteraksi secara riil dengan orang lain.

Dampaknya, empati dan kepercayaan kepada orang lain yang semestinya semakin baik sejalan dengan pertumbuhan remaja jadi terhambat. Penelitian ini menyebutkan, "menggunakan secara berlebihan waktu di dunia maya yang memuat suasana kekerasan menjadikan remaja enggan berhubungan sosial dengan orang lain pada kehidupan nyata sekaligus membuat benteng moral yang mampu membedakan benar dan salah."


Artikel Terkait :
Blog, Updated at: 9:17 AM